Kamis, 22 Januari 2015

PERKEMBANGAN UANG DI INDONESIA

PERKEMBANGAN UANG DI INDONESIA

 


1. Uang masa Kerajaan Mataram Kuno 
 
Sejarah dan perkembangan mata uang di Indonesia sudah dimulai sejak masa jaya Kerajaan Mataram Kuno, yakni sekitar tahun 850 M. Kerajaan ini menggunakan koin-koin emas dan perak berbentuk kotak sebagai alat tukarnya.
Koin-koin Kerajaan Mataram memiliki tiga satuan berbeda, yang nominalnya paling besar yakni Masa atau Ma dengan berat 2,4 gram; satu langkah di bawah Ma adalah Atak dengan berat 1,2 gram, 1 Atak setara dengan ½ Ma; dan Kupang atau Ku dengan berat 0,6 gram, 1 Ku setara dengan ½ Atak.

2. Uang masa Kerajaan Jenggala 

Kerajaan Jenggala yang berkuasa di wilayah timur Pulau Jawa juga turut menorehkan sejarah uang Indonesia. Pada masa jayanya, yakni tahun 1042 – 1130 M, koin-koin emas dan perak tetap digunakan meski terdapat perubahan pada desain dan bentuk.
Selain koin-koin emas dan perak, kerajaan ini juga menggunakan uang kepeng dari Cina sebagai alat pembayaran resmi (bahkan lebih sering digunakan daripada koin emas dan perak). Ini adalah bukti pengaruh hubungan dagang dengan bangsa Cina. 

3. Uang masa Kerajaan Majapahit 
 
Keberadaan uang di Indonesia pun tidak terlepas dari sebuah kerajaan digdaya di nusantara, Kerajaan Majapahit.
Berdiri pada 1293 – 1500 M, Kerajaan Majapahit kembali menggunakan mata uang Ma, seperti Kerajaan Mataram Kuno. Tidak hanya Ma, kerajaan ini juga memiliki satuan mata uang Tahil, yang juga berupa koin emas. 
Selain itu, Kerajaan Majapahit juga menggunakan uang-uang dari emas dan perak dalam berbagai bentuk: segiempat, setengah atau seperempat lingkaran, segitiga, trapesium, bahkan bentuk yang tidak jelas.
Ini menunjukkan bahwa rupa uang tersebut tidak penting. Selama ada cap bergambar teratai atau jambangan di permukaannya, uang tersebut bisa digunakan.
Ada juga Gobog Wayang, sebuah keeping uang dengan lubang di tengahnya. Gobog Wayang merupakan bentuk satuan mata uang yang ada dalam pengaruh budaya Cina.

4. Uang masa Kerajaan Samudra Pasai

Setelah lenyapnya Kerajaan Hindu di Indonesia, zaman berganti menjadi Kerajaan Islam. Salah satunya adalah Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan yang terletak di ujung Pulau Sumatera ini mempunyai mata uang yang dinamakan Dirham.
Uang Dirham di Samudra Pasai dikeluarkan oleh Sultan Malik Al Zahir tahun 1297 hingga 1326 dan didominasi oleh tulisan arab dengan nama Malik al Zahir dan Sultan al Adul di sisi yang lain.
Malik al Zahir adalah petinggi teladan. Uang yang dikeluarkan setiap periode selalu mencantumkan nama Malik Al Zahir. Nilai 16 Dirham sama nilainya dengan 1 Real Spanyol atau nilai 5 Dirham sama dengan 1 Silling Inggris.
Dirham Samudra Pasai berkadar emas 70% dan 22 karat. Kemudian dalam perkembangannya kandungan emas terus diturunkan. Nilai mata uang Dirham dibuat dengan nilai 1 Dirham dan 1/2 Dirham.

5. Uang masa Kerajaan Buton 

Berbeda dengan kerajaan-kerajaan lain di nusantara yang menggunakan koin emas dan perak sebagai alat tukar, Kerajaan Buton memberi warna sendiri pada sejarah Indonesia.
Mereka menggunakan uang berbahan kain tenun sebagai alat tukar. Uang Kerajaan Buton ini disebut Kampua, terbuat dari sehelai tenunan persegi panjang yang ditenun oleh puteri-puteri istana. Corak dan desain Kampua dibuat berbeda setiap tahun untuk mengantisipasi pemalsuan. 

6. Uang masa Kesultanan Banten

Dalam sejarah uang Indonesia sebelum era penjajahan, uang Kasha adalah mata uang Kesultanan Banten. Dibuat pada 1550 – 1596 M, koin emas ini juga mencerminkan pengaruh Cina pada desainnya dan pengaruh Arab pada ukirannya. Selain itu terdapat pula koin-koin tembaga dan timah.

7. Uang masa Kerajaan Gowa

Kerajaan yang terkenal dengan kisah patriotik Sultan Hasanuddin ini mengukir sejarah uang Indonesia dengan mengeluarkan mata uang Jingara.
Jingara menggunakan campuran timah dan tembaga sebagai bahannya.

8. Uang masa Kesultanan Cirebon

Sejarah uang Indonesia pada masa Kesultanan Cirebon juga tidak terlepas dari pengaruh Cina.
Kesultanan Cirebon membuat mata uang dengan bantuan seorang Cina, mata uang tersebut disebut Picis. Picis terbuat dari timah tipis dan mudah pecah.

9. Uang Kesultanan Sumenep

Sejarah uang Indonesia di Kesultanan Sumenep terkait dengan masuknya Spanyol ke Indonesia.
Kesultanan Sumenep menggunakan uang Spanyol sebagai alat tukar. Selain itu, kerajaan ini juga memanfaatkan uang gulden Belanda dan uang thaler Austria.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

I
N
E
L
Y
E
M
A
S
I
R